Selasa, 19 Juni 2012


MASALAH POKOK PEREKONOMIAN
INDONESIA

I.              PENGANGGURAN
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.

1.    Jenis & macam pengangguran
·       Berdasarkan jam kerja
Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam:
a.     Pengangguran Terselubung
b.    Setengah Menganggur
c.     Pengangguran Terbuka
·       Berdasarkan penyebab terjadinya
Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi 7 macam:
a.     Pengangguran friksional
b.    Pengangguran konjungtural
c.     Pengangguran struktural
d.    Pengangguran musiman
e.     Pengangguran siklikal
f.      Pengangguran teknologi
g.     Pengangguran siklus

2.    Akibat pengangguran
·       Bagi perekonomian negara
a.     Penurunan pendapatan perkapita.
b.    Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari sektor pajak.
c.     Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.
·       Bagi masyarakat
a.     Pengangguran merupakan beban psikologis dan psikis.
b. Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan, karena tidak digunakan apabila tidak bekerja.
c.     Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.

3.    Kebijakan-Kebijakan Pengangguran
Adanya bermacam-macam pengangguran membutuh-kan cara-cara mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi, yaitu sebagai berikut.
a.    Cara Mengatasi Pengangguran Struktural
·       Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja.
·       Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan.
b.    Cara Mengatasi Pengangguran Friksional
·  Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru, terutama yang bersifat padat karya.
·   Deregulasi dan debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi baru.
· Menggalakkan pengembangan sektor informal, seperti home industry.
c.     Cara Mengatasi Pengangguran Musiman
·       Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain, dan
· Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu.
d.    Cara Mengatasi Pengangguran Siklus
·       Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan
·       Meningkatkan daya beli masyarakat.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencat at tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Februari 2012 mencapai 7,61 juta orang atau 6,32%. Jumlah ini mengalami penurunan 6% dibanding Februari 2011 yang sebesar 8,12 juta orang. Kepala BPS Suryamin menjelaskan, angka persentase pengangguran 6,32% di Februari 2012 turun dibandingkan Agustus 2011 yang sebesar 6,56% dan Februari 2011 yang sebesar 6,8%. Dimana angka pengangguran pada Februari 2011 adalah 8,12 juta, Agustus 2011 adalah 7,7 juta, dan Februari 2012 adalah 7,61 juta.
Lebih lanjut, tambahnya, jumlah angkatan kerja di Indonesia meningkat. Tercatat, jumlah angkatan kerja pada Februari 2012 mencapai 120,4 juta orang atau naik sekitar 3 juta orang dibanding angkatan kerja Agustus 2011 yang sebesar 117,4 juta orang atau bertambah sebesar 1 juta orang dibanding Februari 2011.
Dari angkatan kerja tersebut, lanjut Suryamin, jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Februari 2012 mencapai 112,8 juta orang, bertambah sekitar 3,1 juta orang dibanding keadaan pada Agustus 2011 sebesar 109,7 juta orang atau bertambah 1,5 juta orang dibanding keadaan Februari 2011.
Dari jumlah pengangguran terbuka sebesar 7,61 juta didominasi oleh lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Tingkat pengangguran terbuka (TPT) untuk pendidikan menengah masih tetap menempati posisi tertinggi, yaitu TPT Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 10,34% dan TPT Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebesar 9,51%.
Jika dibandingkan keadaan Agustus 2011, TPT pada hampir semua tingkat pendidikan cenderung turun, kecuali TPT untuk tingkat pendidikan SD ke bawah naik 0,13% poin dan TPT untuk tingkat pendidikan Diploma I/II/III naik 0,34% poin. Selain itu, BPS mencatat penyerapan tenaga kerja hingga Februari 2012 masih didominasi oleh pekerja berpendidikan rendah yaitu SD ke bawah 55,5 juta orang (49,21%) dan Sekolah Menengah Pertama sebesar 20,3 juta (17,99%).
Dalam setahun terakhir, pekerja berpendidikan rendah menurun dari 76,3 juta orang (68,6%) pada Februari 2011 menjadi 75,8 juta orang (67,2%) pada Februari 2012. Sementara, pekerja berpendidikan tinggi meningkat dari 8,9 juta orang (7,96%) pada Februari 2011 menjadi 10,3 juta orang (9,19%) pada Februari 2012.

II.          INFLASI
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.

1.    Penyebab
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan(tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi). Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll. inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimanana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
2.    Penggolongan
Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang.
Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi itu disebut inflasi tertutup (Closed Inflation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open Inflation). Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi). Berdasarkan keparahannya inflasi juga dapat dibedakan :
-          Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun)
-          Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% / tahun)
-          Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun)
-          Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun)

3.    Mengukur inflasi
-          Indeks harga konsumen (IHK)
-          Indeks harga komoditas

III.       REFRENSI
·         http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Inflasi/Data+Inflasi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar